Bandung, AsriNews – Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi, menanggapi lelucon seorang komika yang menyamakan iket Sunda, simbol budaya yang menjadi ciri khasnya, dengan bandana. Lelucon tersebut, yang juga menyebut Dedi sebagai “Mulyono Sunda” dan mengkritiknya sebagai gubernur yang aktif sebagai YouTuber, memicu kemarahan netizen di media sosial.
Dalam komentar di akun Instagramnya, Dedi menegaskan makna iket Sunda sebagai identitas kebudayaan, bukan sekadar aksesori fesyen.
Kontroversi ini berawal dari penampilan stand-up comedy di Bandung, di mana komika Fito Ditapradja melontarkan lelucon: “Iket kepala kaya [nama figur publik], Mulyono versi Sunda,” merujuk pada iket Sunda yang sering dikenakan Dedi Mulyadi, seperti dilaporkan Sukabumiupdate.com pada 13 Mei 2025 . Lelucon ini dianggap merendahkan simbol budaya Sunda dan memicu reaksi keras di platform X, dengan netizen menyebutnya “garing” dan tidak menghormati identitas Sunda .
Seorang warganet di Instagram meminta Dedi mengambil tindakan terhadap Fito, menyebut lelucon itu “bikin sakit hati.” Menanggapi dengan bijak, Dedi menulis: “Bebas berekspresi. Tapi bisa saya jelaskan bahwa saya pakai iket Sunda bukan bandana. Iket itu identitas kebudayaan orang Sunda. Jadi nilai iket tidak sama dengan nilai bandana secara kebudayaan.” Pernyataan ini mencerminkan sikap Dedi yang menghormati kebebasan berekspresi sambil menegaskan nilai budaya iket Sunda.
Iket Sunda, sebagaimana sering dijelaskan Dedi, bukan sekadar penutup kepala. Iket, seperti Makuta Wangsa yang ia kenakan, melambangkan kepemimpinan, keseimbangan hidup, dan Panca Dharma, kearifan leluhur Sunda . Perbandingan dengan bandana, yang lebih dikenal sebagai aksesori fesyen pop, dianggap tidak sensitif oleh komunitas Sunda, terutama di Bandung, pusat budaya Sunda.
Hingga kini, Fito Ditapradja belum memberikan klarifikasi atas leluconnya, dan akun media sosialnya, termasuk X, dilaporkan terkunci . Postingan di X mencerminkan kekecewaan publik, dengan salah satu akun menyatakan, “Lagi rame seorang komika asal Malang menyebut Kang Dedi Mulyono Sunda dan menyamakan iket kepala Sunda dengan bandana” . Netizen lain menyerukan edukasi budaya agar lelucon serupa tidak terulang.
Komunitas budaya Sunda, termasuk Paguyuban Sunda Muda, mulai menggalakkan kampanye untuk mempromosikan makna iket Sunda sebagai respons atas kontroversi ini. Beberapa warganet di X mengusulkan inisiatif “Pakai Iket Sunda” untuk menegaskan kebanggaan budaya, sementara yang lain mendesak komunitas Stand Up Indo Bandung memfilter materi komika agar lebih menghormati nilai lokal.
Sebagai gubernur yang dikenal vokal mempromosikan budaya Sunda, Dedi Mulyadi memilih pendekatan edukatif dalam menanggapi isu ini. Tanggapannya menuai pujian dari warganet, yang mengapresiasi sikapnya yang tenang namun tegas dalam memperjuangkan identitas Sunda. Kontroversi ini menjadi pengingat akan pentingnya sensitivitas budaya dalam komedi, terutama di tengah masyarakat yang menjunjung tinggi warisan leluhur.